TEMPO Interaktif, Probolinggo - Empat pengamat gunung api dari Bandung yang dikirim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melakukan penelitian terkait deformasi Gunung Bromo, serta kandungan gas pada asap yang keluar dari kawah Bromo.
Dengan didampingi petugas PGA Gunung Bromo dan dikawal sejumlah anggota TNI, empat pengamat ini menyusuri lautan pasir untuk mendekati kaki Gunung Bromo dan Gunung Batok.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo di Pos PGA Gunung Bromo, dua jenis alat digunakan untuk mendeteksi deformasi atau penggembungan tubuh Gunung Bromo dan asap vulkaniknya.
Kedua alat tersebut antara lain Electric Distance Measurement (EDM) dan DUAS. Alat EDM dipasang di tiga titik di sekitar kaki Gunung Bromo dan Gunung Batok, sedangkan DUAS yang menggunakan sinar ultraviolet ditembakkan di tengah asap yang mengepul di atas kawah Gunung Bromo.
Secara khusus DUAS ini juga digunakan untuk mendeteksi kandungan SO 2 (sulfur dioksida). Dari tembakan sinar ultraviolet itu nanti akan terdeteksi kandungan kimiawi dan gas yang disemburkan asap tersebut.
Petugas PGA Gunung Bromo Mochamad Syafii mengatakan, alat yang dipasang itu untuk mendeteksi penggembungan yang terjadi pada Gunung Bromo. Lantaran masih baru dipasang, alat tersebut masih belum beroperasi. “Belum kami ketahui hasilnya, karena masih beroperasi,” katanya.
DAVID PRIYASIDHARTA
Kamis, 25 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar